Selasa, 27 November 2012
On 18.58 by rief_blogspot No comments
TEORI
BELAJAR GAGNE
A. PENDAHULUAN
Pengertian dan Pentingnya Pemahaman Terhadap Teori Belajar
Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, khususnya pasal 1 dinyatakan bahwa teori
pembelajaran adalah suatu interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Ketentuan ini membawa implikasi
bahwa terjadinya proses pembelajaran berbasis pada aneka sumber yang
memungkinkan terciptanya suatu situasi pembelajaran yang “hidup” dan menarik.
Selanjutnya didalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan dinyatakan bahwa, proses pembelajaran pada
satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang
yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat,
minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Ketentuan yang tercantum di dalam undang-undang dan
peraturan pemerintah tersebut adalah sebuah kemajuan atau lompatan yang jauh
terhadap konsep proses pembelajaran. Selama ini sebelum konsep pembelajaran
yang hakiki seperti rumusan di atas dikumandangkan bahkan diundangkan, dunia pendidikan
(sekolah) masih mengenal konsep teaching (pengajaran). Konsep pengajaran
terlalu teacher oriented (berorientasi ke guru), guru satu-satunya
sumber informasi, komunikasi berjalan satu arah dari guru ke siswa. Sedangkan
konsep pembelajaran dalam prateknya kebalikan dari konsep pengajaran.
Berbicara mengenai teori pembelajaran tentu pula harus
dibicarakan mengenai teori belajar. Bruner dalam Degeng (1989) mengemukakan
bahwa teori pembelajaran adalah preskriptif, sedangkan teori belajar adalah
deskriptif. Preskriptif artinya, tujuan teori pembelajaran adalah menetapkan
metode/strategi pembelajaran yang cocok supaya memperoleh hasil optimal. Teori
pembelajaran menaruh perhatian pada bagaimana seseorang mempengaruhi orang lain
agar terjadi proses belajar. Dengan kata lain, teori pembelajaran berurusan
dengan upaya mengontrol variasi,
sedangkan
deskriptif artinya, tujuan teori belajar adalah menjelaskan proses belajar.
Teori belajar menaruh perhatian pada bagaimana seseorang belajar. Dengan
demikian variabel kondisi pembelajaran dan variabel metode
pembelajaran yang dikemukakan oleh Reigeluth dan Merril dalam dengeng
Brunner sebagai givens, dan hasil pembelajaran sebagai variabel yang
diamati. Menurut Asri Budiningsih (2005), kondisi dan metode pembelajaran sebagai
variabel bebas dan hasil pembelajaran sebagai variabel terikat. Untuk
memudahkan pemahaman konsep di atas, perhatikan contoh berikut ini.
Teori pembelajaran (perskriptif): Agar siswa mampu
memainkan perannya dalam drama (hasil) dengan baik, organisasilah
isi/materi pembelajaran (kondisi) dengan menggunakan model bermain peran
atau role playing (metode/strategi).
Teori
belajar (deskriptif): Bila isi/materi pembelajaran (kondisi) di
organisasi dengan menggunakan model bermain peran atau role playing (metode/strategi),
maka dipastikan siswa mampu memainkan perannya dalam drama (hasil) dengan
baik
Berdasarkan pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran secara umum merupakan suatu proses
yang menyatukan kognitif, emosional, lingkungan dan pengalaman untuk
memperoleh, meningkatkan, atau membuat perubahan pengetahuan, keterampilan,
nilai, dan pandangan dunia.
Pembagian Aliran Teori Belajar
Ada tiga kategori utama atau kerangka filosofis mengenai belajar, yaitu: behaviorisme,
kognitivisme, dan konstruktivisme . Behaviorisme hanya berfokus pada aspek objektif yang diamati
pembelajaran.Teori kognitif melihat perilaku untuk menjelaskan pembelajaran
berbasis otak, dan pandangan konstruktivisme memandang belajar sebagai sebuah
proses di mana pelajar aktif membangun atau membangun ide-ide baru atau konsep.
Behaviorisme, sebagai teori belajar, dapat ditelusuri kembali ke
Aristoteles, “Memory” yang berfokus pada asosiasi yang dibuat antara
acara-acara seperti petir dan guntur. filsuf lain yang mengikuti pikiran
Aristoteles adalah Hobbs (1650), Hume (1740), Brown (1820), Bain (1855) dan
Ebbinghause (1885) (Black, 1995). Teori belajar behaviorisme berkonsentrasi pada
studi tentang perilaku terbuka yang dapat diamati dan diukur (Good &
Brophy, 1990). Pandangan pikiran ini melihat “kotak hitam” yang respon
terhadap stimulus dapat diamati secara kuantitatif, sama sekali mengabaikan
kemungkinan proses pemikiran yang terjadi dalam pikiran. Beberapa pemain kunci
dalam perkembangan teori behavioris adalah Pavlov, Watson, Thorndike dan
Skinner.
2. Teori Belajar kognitivisme
Pada awal tahun 1920-an orang mulai menemukan keterbatasan
pemahaman dalam teori belajar behavioris untuk belajar memahami, ditemukan.
Edward Tolman bahwa tikus yang digunakan dalam percobaan tampaknya memiliki
peta mental dari labirin ia gunakan. Ketika ia menutup sebagian tertentu dari
labirin, tikus tidak repot-repot untuk mencoba jalur tertentu karena mereka
“tahu” bahwa hal itu mengarah ke jalan yang diblokir. Secara visual, tikus
tidak bisa melihat bahwa jalan akan menghasilkan kegagalan, namun mereka
memilih untuk mengambil rute yang lebih panjang yang mereka tahu akan berhasil
(Operan penyejuk).
Behavioris tidak dapat menjelaskan perilaku sosial tertentu.
Misalnya, anak-anak tidak meniru semua perilaku yang telah
diperkuat. Selanjutnya, mereka mungkin model hari perilaku baru atau minggu
setelah pengamatan pertama awal mereka tanpa diperkuat untuk perilaku tersebut.
Karena pengamatan ini, Bandura dan Walters berangkat dari pengkondisian operan
penjelasan tradisional bahwa anak harus melakukan dan menerima penguatan sebelum
bisa belajar.
Mereka menyatakan dalam buku mereka tahun 1963, Sosial Belajar dan Pengembangan
Kepribadian, bahwa seseorang bisa model perilaku dengan mengamati perilaku
orang lain. Teori ini menyebabkan Kognitif Sosial Bandura Teori (Dembo, 1994).
3. Teori Belajar Konstruktivisme
Bartlett (1932) merintis apa yang menjadi pendekatan
konstruktivis (Good & Brophy, 1990). Konstruktivis percaya bahwa “peserta
didik membangun kenyataan mereka sendiri atau paling tidak menafsirkannya
berdasarkan persepsi mereka tentang pengalaman, sehingga pengetahuan individu
adalah fungsi dari pengalaman sebelumnya satu, struktur mental, dan keyakinan
yang digunakan untuk menafsirkan objek dan peristiwa.” “Apakah seseorang
mengetahui didasarkan pada persepsi pengalaman fisik dan sosial yang dipahami
oleh pikiran.” (Jonasson, 1991).
Jika salah satu pencarian melalui teori-teori filosofis dan
psikologis banyak dari masa lalu, benang konstruktivisme dapat ditemukan dalam
penulisan orang-orang seperti Bruner, Ulrick, Neiser, Goodman, Kant, Kuhn, Kwek
dan Habermas. Pengaruh paling besar dalam benang konstruvisne adalah Jean
Piaget yang pekerjaannya diinterpretasikan dan diperpanjang oleh von
Glasserfield (Smorgansbord, 1997).
Tujuan Penulisan Makalah
Dalam
penulisan makalah ini, ada beberapa tujuan yang ini dicapai dari kelompok
penulis, yaitu untuk mengetahui:
1.Pengertian
dan pentingnya teori belajar;
2.Pembagian
aliran-aliran teori belajar; dan
3.Pengertian, karakteristik dan penerapan teori belajar
Gagne dalam pembelajaran matematika di sekolah melalui model
pembelajaran TPS.
B. TEORI BELAJAR GAGNE
1. Pengertian
Gagne mengemukakan bahwa belajar adalah perubahan yang terjadi dalam kemampuan
manusia yang terjadi setelah belajar secara terus-menerus, bukan hanya
disebabkan oleh pertumbuhan saja. Belajar terjadi apabila suatu situasi
stimulus bersama dengan isi ingatannya mempengaruhi siswa sedemikian rupa
sehingga perbuatannya berubah dari sebelum ia mengalami situasi dengan setelah
mengalami situasi tadi. Belajar dipengaruhi oleh faktor dalam diri dan faktor
dari luar diri, dimana keduanya saling berinteraksi.
Komponen-komponen dalam proses belajar menurut Gagne dapat digambarkan sebagai
S - R. S adalah situasi yang memberi stimulus, R adalah respons atas stimulus
itu, dan garis di antaranya adalah hubungan di antara stimulus dan respon yang
terjadi dalam diri seseorang yang tidak dapat kita amati, yang bertalian dengan
sistem alat saraf di mana terjadi transformasi perangsang yang diterima melalui
alat dria. Stimulus ini merupakan input yang berada di luar individu dan respon
adalah outputnya, yang juga berada di luar individu sebagai hasil belajar yang
dapat diamati.
2. Latar Belakang
Berbicara mengenai teori belajar dan mengajar matematika berarti berbicara
mengenai ”bagaimana” dan ”kepada siapa” suatu topik matematika diajarkan.
Belajar dan mengajar merupakan dua kata yang berbeda, tetapi dalam
pelaksanaaannya tidak dapat dipisahkan antara satu dengan lainnya. Jika pada
masa dulu konsep mengajar berarti guru menyampaikan semua pengetahuan
matematika yang diketahuinya kepada siswa, tapi pada masa kini mengajar lebih
diupayakan pada bagaimana proses pembelajaran dilaksanakan guru sehingga siswa
dapat belajar. Siswa menjadi fokus proses pembelajaran (students centered).
Salah satu ciri pembelajaran matematika masa kini adalah penyajiannya didasarkan pada teori psikologi pembelajaran yang pada saat ini sedang populer dibicarakan oleh para pakar pendidikan (Suherman, 29). Secara umum teori psikologi pembelajaran tersebut dapat dibagi atas dua aliran besar, yaitu:
Salah satu ciri pembelajaran matematika masa kini adalah penyajiannya didasarkan pada teori psikologi pembelajaran yang pada saat ini sedang populer dibicarakan oleh para pakar pendidikan (Suherman, 29). Secara umum teori psikologi pembelajaran tersebut dapat dibagi atas dua aliran besar, yaitu:
a.
Aliran psikologi tingkah laku
Thorndike (law of effect), Skinner (teori ganjaran atau penguatan),
Ausubel (teori belajar bermakna dan pentingnya pengulangan sebelum belajar
dimulai), Gagne (objek matematika), Pavlov (teori belajar klasik), Baruda
(siswa belajar itu meniru), dan aliran latihan mental (struktur otak manusia
terdiri atas gumpalan-gumpalan otot yang harus dilatih).
b.
Aliran psikologi kognitif
Tokoh teori belajar mengajar yang menganut aliran ini adalah: Piaget (teori
perkembangan mental; skemata, asimilasi, akomodasi, dan ekuilibrium), Bruner
(teori belajar konsep dan struktur matematika), John Dewey (teori Gestalt),
Brownell (belajar bermakna dan pengertian), Dienes (matematika adalah studi
tentang struktur), Van Hiele (teori perkembangan mental anak dalam geometri).
Kedua aliran teori psikologi pembelajaran di atas sejak keberadaannya sampai sekarang tetap menjadi acuan setiap pakar pendidikan untuk dikaji lebih jauh. Pengkajian juga dilakukan oleh para ahli pendidikan matematika dengan tujuan untuk meningkatkan berbagai kemampuan matematika siswa. Sehubungan dengan tugas mata kuliah ini, maka pada tulisan ini hanya akan dibahas teori belajar mengajar matematika yang dikemukakan oleh Gagne. Pembahasan teori ini dimulai dengan mengemukakan biografi singkat tentang Gagne, teori belajar mengajar matematika yang dikemukakannya, dan aplikasi teori Gagne dalam pembelajaran matematika di sekolah.
Kedua aliran teori psikologi pembelajaran di atas sejak keberadaannya sampai sekarang tetap menjadi acuan setiap pakar pendidikan untuk dikaji lebih jauh. Pengkajian juga dilakukan oleh para ahli pendidikan matematika dengan tujuan untuk meningkatkan berbagai kemampuan matematika siswa. Sehubungan dengan tugas mata kuliah ini, maka pada tulisan ini hanya akan dibahas teori belajar mengajar matematika yang dikemukakan oleh Gagne. Pembahasan teori ini dimulai dengan mengemukakan biografi singkat tentang Gagne, teori belajar mengajar matematika yang dikemukakannya, dan aplikasi teori Gagne dalam pembelajaran matematika di sekolah.
3. Biografi Gagne
Robert Mills Gagne adalah seorang ilmuwan psikologi yang
lahir pada tahun 1916 di North Andover, MA. dan meninggal pada tahun 2002. Pada
tahun 1937 Gagne memperoleh gelar A.B. dari Yale dan pada tahun 1940 memperoleh
gelar Ph.D. pada bidang psikologi dari Brown University. Gelar profesor diperolehnya
ketika mengajar di Connecticut College for Women dari 1940–1949. Demikian juga
ketika di Penn State University dari tahun 1945-1946, dan terakhir diperolehnya
dari Florida State University. Antara tahun 1949-1958, Gagne menjadi Direktur
Perceptual and Motor Skills Laboratory US Air Force. Pada waktu inilah dia
mulai mengembangkan teori “Conditions of Learning” yang mengarah pada
hubungan tujuan pembelajaran dan kesesuaiannya dengan desain pengajaran.
Teori ini dipublikasikan pada tahun 1965 (Anonim, 1; Gagne,
1).
Gagne merupakan seorang tokoh psikologi yang mengembangkan teori belajar dan pengajaran. Walaupun pada awal karirnya, dia adalah seorang behaviorist, namun belakangan dia memusatkan perhatian pada pengaruh pemrosesan informasi terhadap belajar dan memori (Anonim, 1). Dia juga dikenal sebagai seorang psikolog eksperimental yang berkonsentrasi pada belajar dan pengajaran.
Kontribusi besar Gagne dalam pengembangan pengajaran adalah tulisan-tulisannya tentang: Instructional Systems Design, The Condition of Learning (1965), dan Principles of Instructional Design (Gagne). Ketiga karyanya tersebut telah mendominasi bagaimana melaksanakan pengajaran untuk berbagai topik pelajaran di sekolah. Karyanya tentang The condition of Learning, merupakan tulisan yang dibuatnya ketika melaksanakan latihan militer di Angkatan Udara Amerika.
Gagne merupakan seorang tokoh psikologi yang mengembangkan teori belajar dan pengajaran. Walaupun pada awal karirnya, dia adalah seorang behaviorist, namun belakangan dia memusatkan perhatian pada pengaruh pemrosesan informasi terhadap belajar dan memori (Anonim, 1). Dia juga dikenal sebagai seorang psikolog eksperimental yang berkonsentrasi pada belajar dan pengajaran.
Kontribusi besar Gagne dalam pengembangan pengajaran adalah tulisan-tulisannya tentang: Instructional Systems Design, The Condition of Learning (1965), dan Principles of Instructional Design (Gagne). Ketiga karyanya tersebut telah mendominasi bagaimana melaksanakan pengajaran untuk berbagai topik pelajaran di sekolah. Karyanya tentang The condition of Learning, merupakan tulisan yang dibuatnya ketika melaksanakan latihan militer di Angkatan Udara Amerika.
4. Konsep Belajar Gagne
Ada beberapa hal yang melandasi pandangan Gagne tentang belajar. menurutnya
belajar bukan merupakan proses tunggal melainkan proses luas yang dibentuk oleh
pertumbuhan dan perkembangan tingkah laku, dimana tingkah laku itu merupakan
proses kumulatif dari belajar. Artinya banyak keterampilan yang dipelajari
memberikan sumbangan bagi belajar keterampilan yang lebih rumit.
Dalam Ade Rusliana (2007), Gagne (1972) mendefinisikan belajar adalah mekanisme dimana seseorang menjadi anggota masyarakat yang berfungsi secara kompleks. Kompetensi itu meliputi skill, pengetahuan, attitude (perilaku), dan nilai-nilai yang diperlukan oleh manusia, sehingga belajar adalah hasil dalam berbagai macam tingkah laku yang selanjutnya disebut kapasitas atau outcome. Menurut Gagne belajar memberi kontribusi terhadap adaptasi yang diperlukan untuk mengembangkan proses yang logis, sehingga perkembangan tingkah laku (behavior) adalah hasil dari efek belajar yang kumulatif (Gagne, 1968). Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa belajar itu bukan proses tunggal. Belajar menurut Gagne tidak dapat didefinisikan dengan mudah, karena belajar bersifat kompleks.
Dalam Ade Rusliana (2007), Gagne (1972) mendefinisikan belajar adalah mekanisme dimana seseorang menjadi anggota masyarakat yang berfungsi secara kompleks. Kompetensi itu meliputi skill, pengetahuan, attitude (perilaku), dan nilai-nilai yang diperlukan oleh manusia, sehingga belajar adalah hasil dalam berbagai macam tingkah laku yang selanjutnya disebut kapasitas atau outcome. Menurut Gagne belajar memberi kontribusi terhadap adaptasi yang diperlukan untuk mengembangkan proses yang logis, sehingga perkembangan tingkah laku (behavior) adalah hasil dari efek belajar yang kumulatif (Gagne, 1968). Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa belajar itu bukan proses tunggal. Belajar menurut Gagne tidak dapat didefinisikan dengan mudah, karena belajar bersifat kompleks.
Hasil belajar merupakan kapabilitas. Setelah belajar, orang
memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap dan nilai. Timbulnya kapabilitas
tersebut berasal dari (1) stimulasi yang berasal dari lingkungan; dan (2)
proses kognitif yang dilakukan siswa. Dengan demikian, belajar adalah
seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati
pengolahan informasi menjadi kapabilitas baru. Juga dikemukakan bahwa belajar
merupakan faktor yang luas yang dibentuk oleh pertumbuhan, perkembangan tingkah
laku merupakan hasil dari aspek kumulatif belajar. Berdasarkan pandangan ini
Gagne mendefinisikan pengertian belajar secara formal bahwa belajar adalah
perubahan dalam disposisi atau kapabilitas manusia yang berlangsung selama satu
masa waktu dan tidak semata-mata disebabkan oleh proses pertumbuhan.
Perubahan itu berbentuk perubahan tingkah laku. Hal
itu dapat diketahui dengan jalan membandingkan tingkah laku sebelum belajar dan
tingkah laku yang diperoleh setelah belajar. Perubahan tingkah laku dapat
berbentuk perubahan kapabilitas jenis kerja atau perubahan sikap, minat atau
nilai. Perubahan itu harus dapat bertahan selama periode waktu dan dapat
dibedakan dengan perubahan karena pertumbuhan, missal perubahan tinggi badan
atau perkembangan otot dan lain-lain (Margaret G. Bell dalam Panen, Paulina
dkk, 1999) sebagai hasil belajar yang dapat diamati.
5. Fase-fase Belajar Menurut Gagne
Asumsi
yang mendasari teori ini adalah bahwa pembelajaran merupakan faktor yang sangat
penting dalam perkembangan. Perkembangan merupakan hasil kumulatif dari
pembelajaran. Menurut Gagne bahwa dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan
informasi, untuk kemudian diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk
hasil belajar. Dalam pemrosesan informasi terjadi adanya interaksi antara kondisi-kondisi
internal dan kondisi-kondisi eksternal individu. Kondisi internal yaitu keadaan
dalam diri individu yang diperlukan untuk mencapai hasil belajar dan proses
kognitif yang terjadi dalam individu. Sedangkan kondisi eksternal adalah
rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi individu dalam proses
pembelajaran. Gagne membagi proses belajar berlangsung dalam empat fase utama,
sebagai berikut:
a.
Fase
pengenalan (apprehending phase). Pada fase ini siswa memperhatikan
stimulus tertentu kemudian menangkap artinya dan memahami stimulus tersebut
untuk kemudian ditafsirkan sendiri dengan berbagai cara. ini berarti bahwa
belajar adalah suatu proses yang unik pada tiap siswa, dan sebagai akibatnya
setiap siswa bertanggung jawab terhadap belajarnya karena cara yang unik yang
dia terima pada situasi belajar.
b.
Fase
perolehan (acqusition phase). Pada fase ini siswa memperoleh pengetahuan baru dengan
menghubungkan informasi yang diterima dengan pengetahuan sebelumya. Dengan kata
lain pada fase ini siswa membentuk asosiasi-asosiasi antara informasi baru dan
informasi lama.
c.
Fase
penyimpanan (storage phase). Fase storage/retensi adalah fase penyimpanan informasi, ada
informasi yang disimpan dalam jangka pendek ada yang dalam jangka panjang,
melalui pengulangan informasi dalam memori jangka pendek dapat dipindahkan ke
memori jangka panjang.
d.
Fase
pemanggilan (retrieval phase). Fase Retrieval/Recall, adalah fase
mengingat kembali atau memanggil kembali informasi yang ada dalam memori. Kadang-kadang
dapat saja informasi itu hilang dalam memori atau kehilangan hubungan dengan
memori jangka panjang. Untuk lebih daya ingat maka perlu informasi yang baru
dan yang lama disusun secara terorganisasi, diatur dengan baik atas
pengelompokan-pengelompokan menjadi katagori, konsep sehingga lebih mudah
dipanggil.
6. Tipe-tipe Belajar Gagne
Robert
M. Gagne membedakan pola-pola belajar siswa ke delapan tipe belajar, dengan
tipe belajar yang rendah merupakan prasyarat bagi lainnya yang lebih tinggi
hierarkinya. Hal tersebut akan diuraikan sebagai berikut:
a. Belajar Isyarat (Signal Learning)
Signal
learning dapat diartikan sebagai proses penguasaan pola-pola dasar perilaku
bersifat tidak disengaja dan tidak disadari tujuannya. Dalam tipe ini terlibat aspek
reaksi emosional di dalamnya. Kondisi yang diperlukan buat berlangsungnya tipe
belajar ini adalah diberikannya stimulus (signal) secara serempak,
stimulus-stimulus tertentu secara berulang kali. Respon yang timbul bersifat
umum dan emosional, selainnya timbulnya dengan tak sengaja dan tidak dapat
dikuasai. Beberapa ucapan kasar untuk mempermalukan, siswa yang gelisah pada
saat pelajaran matematika mungkin karena kondisi tidak suka matematika pada
orang itu. Belajar isyarat sukar dikontrol oleh siswa dan dapat mempunyai
pengalaman yang pantas dipertimbangkan pada tindakannya. konsekuensinya,
seorang guru matematika, seharusnya mencoba membangkitkan stimulus yang tidak
dikondisikan yang akan menimbulkan perasaan senang pada siswa dan berharap
mereka akan mengasosiasikan beberapa perasaan senang dengan isyarat netral pada
pelajaran matematika. Apabila perlakuan yang disenangi membangkitkan hal-hal
positif, stimulus yang tidak diharapkan mungkin gagal menimbulkan asosiasi
keinginan positif dengan isyarat netral, kecerobohan menimbulkan stimulus
negatif, pada satu waktu akan merusak keinginan siswa untuk mempelajari
pelajaran yang diajarkan.
b. Belajar Stimulus-Respons (Stimulus-Respon
Learning)
Kondisi yang diperlukan untuk berlangsungnya tipe belajar
ini adalah faktor penguatan (reinforcement). Waktu antara stimulus
pertama dan berikutnya amat penting. Makin singkat jarak S-R dengan S-R
berikutnya, semakin kuat penguatannya. Kemampuan tidak diperoleh dengan
tiba-tiba, akan tetapi melalui latihan-latihan. Respon dapat diatur dan
dikuasai. Respon bersifat spesifik, tidak umum, dan kabur. Respon diperkuat
dengan adanya imbalan atau reward. Sering gerakan motoris merupakan
komponen penting dalam respon itu.
c. Rantai atau Rangkaian hal (Chaining)
Tipe belajar ini masih mengandung asosiasi yang kebanyakan
berkaitan dengan keterampilan motorik. Chaining ini terjadi bila
terbentuk hubungan antara beberapa S-R, oleh sebab yang satu terjadi segera
setelah yang satu lagi, jadi berdasarkan ”contiguity”. Kondisi yang
diperlukan bagi berlangsungnya tipe balajar ini antara lain, secara internal
anak didik sudah harus terkuasai sejumlah satuan satuan pola S-R, baik
psikomotorik maupun verbal. Selain itu prinsip kesinambungan, pengulangan, dan reinforcement
tetap penting bagi berlangsungnya proses chaining.
Kebanyakan aktivitas dalam matematika memerlukan manipulasi
dari peralatan fisik seperti mistar, jangka, dan model geometri membutuhkan
chaining. Belajar membuat garis bagi suatu sudut dengan menggunakan jangka
membutuhkan penerapan keterampilan tipe stimulus respn yang telah dipelajari
sebelumnya. Diantaranya kemampuan menggunakan jangka untuk menarik busur dan
membuat garis lurus antara dua titik. Ada dua karakteristik dari belajar
stimulus respon dan belajar rangkaian dalam pengajaran Matematika yaitu siswa
tidak dapat menyempurnakan rangkaian stimulus respon apabila tidak menguasai
salah satu keterampilan dari rangkaian tersebut, dan belajar stimulus respon
dan rangkaian diafasilitasi dengan cara memberikan penguatan bagi tingkah laku
yang diinginkan. Meskipun memberi hukuman dapat digunakan untuk meningkatkan
belajar stimulus respon, tetapi hal tersebut dapat berakibat negatif
terhadap emosi, sikap, dan motivasi belajar.
d. Asosiasi Verbal (Verbal Association)
Asosiasi verbal adalah rangkaian dari stimulus verbal yang
merupakan hubungan dari dua atau lebih tindakan stimulus respon verbal yang
telah dipelajari sebelumnya. Tipe paling sederhana dari belajar rangkaian
verbal adalah asosiasi antara suatu objek dengan namanya yang melibatkan
belajar rangkaian stimulus respon dari tampilan objek dengan karakteristiknya
dan stimulus respon dari pengamatan terhadap suatu objek dan memberikan
tanggapan dengan menyebutkan namanya. Asosiasi verbal melibatkan proses mental
yang sangat kompleks. Asosiasi verbal yang memerlukan penggunaan rangkaian
mental intervening yang berupa kode dalam bentuk verbal, auditory atau gambar
visual. Kode ini biasanya terdapat dalam pikiran siswa dan bervariasi pada tiap
siswa dan mengacu kepada penyimpanan kode-kode mental yang unik. Contoh
seseorang mungkin menggunakan kode mental verbal ”y ditentukan oleh x” sebagai
petunjuk kata fungsi, orang lain mungkin memberi kode fungsi dengan menggunakan
simbol ”y=f(x)” dan orang yang lain lagi mungkin menggunakan visualisasi
diagram panah dari dua himpunan.
e.
Belajar
Diskriminasi (Discrimination Learning)
Discrimination learning atau belajar menmbedakan sejumlah
rangkaian, mengenal objek secara konseptual dan secara fisik. Dalam tipe ini
anak didik mengadakan seleksi dan pengujian di antara dua peransang atau
sejumlah stimulus yang diterimanya, kemudian memilih pola-pola respon yang
dianggap sesuai. Kondisi utama bagi berlangsungnya proses belajar ini adalah
anak didik sudah mempunyai kemahiran melakukan chaining dan association serta
pengalaman (pola S-R). Contohnya: anak dapat membedakan manusia yang satu
dengan yang lain; juga tanaman, binatang, dan lain-lain. Guru mengenal anak
didik serta nama masing-masing karena mampu mengadakan diskriminasi di antara
anak-anak. Terdapat dua macam diskriminasi yaitu diskriminasi tunggal dan
diskriminasi ganda. Contoh mengenalkan angka 2 pada anak dengan memperlihatkan
50 angka 2 pada kertas dan menggambar angka 2. Melalui stimulus respon
sederhana anak belajar mengenal (nama ”dua” untuk konsep dua). Sedangkan untuk
diskriminasi ganda anak belajar mengenal angka 0, 1, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9 dan
membedakan angka-angka tersebut.
f. Belajar konsep (Concept Learning)
Belajar konsep adalah mengetahui sifat-sifat umum benda
konkrit atau kejadian dan mengelompokan objek-objek atau kejadian-kejadian
dalam satu kelompok. Dalam hal ini belajar konsep adalah lawan dari belajar
dari diskriminasi. Belajar diskriminasi menuntut siswa untuk membedakan
objek-objek karena dalam karakteristik yang berbeda sedangkan belajar konsep
mengelompokkan objek-objek karena dalam karakteristik umum dan pembahasan
kepada sifat-sifat umum. Dalam belajar konsep, tipe-tipe sederhana belajar dari
prasyarat harus dilibatkan. Penambahan beberapa konsep yang spesifik harus
diikutkan dengan prasyarat rangkaian stimulus respon, asosiasi verbal yag
cocok, dan diskriminasi dari karakteristik yang berbeda .
Sebagai contoh, tahap pertama belajar konsep lingkaran
mungkin belajar mengucapkan kata lingkaran sebagai suatu membangkitkan sendiri
hubungan stimulus respon, sehingga siswa dapat mengulangi kata. Kemudian siswa
belajar untuk mengenali beberapa objek berbeda sebagai lingkaran melalui
belajar asosiasi verbal individu. Selanjutnya siswa mungkin belajar membedakan
antara lingkaran dan objek lingkaran lain seperti dan lingkaran. Hal tersebut
penting bagi siswa untuk menyatakan lingkaran dalam variasi yang luas. Situasi
representatif sehingga mereka belajar untuk mengenal lingkaran. Ketika siswa
secara spontan mengidentifikasi lingkaran dalam konteks yang lain, mereka telah
memahami konsep lingkaran. Kemampuan membuat generalisasi konsep kedalam
situasi yang baru merupakan Kemampuan yang membedakan belajar konsep dengan
bentuk belajar lain. Ketika siswa telah mempelajari suatu konsep, siswa tidak
membutuhkan waktu lama untuk mengidentifikasi dan memberikan respon terhadap
hal baru dari suatu konsep, sebagai akibatnya cara untuk menunjukkan bahwa
suatu konsep telah dipelajari adalah siswa dapat membuat generalisasi konsep
kedalam situasi yang lain.
g. Belajar Aturan (Rule Learning)
Belajar aturan (Rule learning) adalah kemampuan untuk
merespon sejumlah situasi (stimulus) dengan beberapa tindakan (Respon).
Kebanyakan belajar matematika adalah belajar aturan. sebagai contoh, kita
ketahui bahwa 5 Ҳ 6 = 6 Ҳ 5 dan bahwa 2 Ҳ 8 = 8 Ҳ 2; akan tetapi tanpa
mengetahui bahwa aturannya dapat dinyatakan dengan a Ҳ b = b Ҳ a. Kebanyakan
orang pertama belajar dan menggunakan aturan bahwa perkalian komutatif adalah
tanpa dapat menyatakan itu, dan biasanya tidak menyadari bahwa mereka
tahu dan menerapkan aturan tersebut. Untuk membahas aturan ini, harus diberikan
verbal(dengan kata-kata) atau rumus seperti “ urutan dalam
perkalian tidak memberikan jawaban yang berbeda” atau “untuk setiap bilangan a
dan b, a Ҳ b = b Ҳ a. Aturan terdiri dari sekumpulan konsep. Aturan mungkin
mempunyai tipe berbeda dan tingkat kesulitan yang berbeda. Beberapa aturan
adalah definisi dan mungkin dianggap sebagai konsep. Konsep terdefinisi
n! = n (n – 1) (n -2). . . (2)(1) adalah aturan yang menjelaskan
bagaimana mengerjakan n. Aturan-aturan lain adalah rangkaian
yang terhubung, seperti aturan bahwa keberadaan sejumlah operasi
aritmetika seharusnya dikerjakan dengan urutan Ҳ, :, +, – . Jika siswa sedang
belajar aturan mereka harus mempelajari sebelumnya rangkaian konsep yang
menyusun aturan tersebut. Kondisi-kondisi belajar aturan mulai dengan
merinci perilaku yang diinginkan pada siswa. seorang siswa telah belajar
aturan apabila dapat menerapkan aturan itu dengan tepat pada beberapa situasi
yang berbeda. Robert Gagne memberikan 5 tahap dalam mengajarkan aturan
sebagai berikut:
Tahap
1: menginformasikan pada siswa tentang bentuk perilaku yang diharapkan ketika
belajar.
Tahap
2: bertanya ke siswa dengan cara menyusun konsep dari konsep sebelumnya.
Tahap
3: menggunakan pernyataan verbal (petunjuk) yang akan mengarahkan siswa
menyatakan aturan sebagai rangkaian konsep dalam urutan yang tepat.
Tahap
4: dengan bantuan pertanya, siswa diminta untuk “mendemonstrasikan” satu contoh
nyata dari aturan.
Tahap
5 (bersifat pilihan, tetapi berguna untuk pengajaran selanjutnya): dengan
pertanyaan yang tepat, meminta siswa untuk membuat pernyataan verbal dari
aturan.
h. Pemecahan Masalah (Problem
solving)
Tipe belajar ini menurut Gagne merupakan tipe belajar yang
paling kompleks, karena di dalamnya terkait tipe-tipe belajar yang lain,
terutama penggunaan aturan-aturan yang disertai proses analisis dan penarikan
kesimpulan. Pada tingkat ini siswa belajar merumuskan memecahkan masalah,
memberikan respon terhadap ransangan yang menggambarkan atau membangkitkan
situasi problematik. Tipe belajar ini memerlukan proses penalaran yang
kadang-kadang memerlukan waktu yang lama, tetapi dengan tipe belajar ini
kemampuan penalaran siswa dapat berkembang. Dengan demikian poses belajar yang
tertinggi ini hanya mungkin dapat berlangsung apabila proses belajar
fundamental lainnya telah dimiliki dan dikuasai. Kriteria suatu pemecahan
masalah adalah siswa belum pernah sebelumnya menyelesaikan masalah khusus
tersebut,walaupun mungkin telah dipecahkan sebelumnya oleh banyak orang.
sebagai contoh pemecahan masalah, siswa yang belum pernah sebelumnya
belajar rumus kuadrat, menurunkan rumusnya untuk menentukan penyelesaian umum
persamaan ax2 + bx + c = 0. Siswa akan memilih keterampilan
melengkapkan kuadrat tiga suku dan menerapkan keterampilan dalam cara yang
tepat untuk menurunkan rumus kuadrat, dengan melaksanakan petunjuk dari guru.
Pemecahan masalah biasanya melibatkan lima tahap : (1). Menyatakan masalah
dalam bentuk umum, (2). Menyatakan kembali masalah dalam suatu defenisi
operasional, (3). Merumuskan hipotesis alternatif dan prosedur yang mungkin
tepat untuk memecahkan masalah, (4). Menguji hipotesis dan melaksanakan prosedur
untuk memperoleh solusi dan (5). Menentukan solusi yang tepat.
7. Teori Belajar Mengajar Matematika Gagne
Gagne mengidentifikasi lima kategori belajar, yaitu:
informasi verbal (verbal information), keterampilan intelektual (intellectual
skills), strategi kognitif (cognitive strategies), sikap (attitudes),
dan keterampilan motorik (motor skills) (Gagne, 1-4). Informasi verbal
yang dimaksudkan adalah menguraikan materi yang telah dipelajari sebelumnya
seperti fakta, konsep, prinsip, dan prosedur. Keterampilan intelektual yang
dimaksudkan adalah diskriminasi, konsep konkrit, konsep terdefinisi,
aturan-aturan, dan aturan-aturan yang lebih tinggi. Diskriminasi, misalnya
membedakan objek, ciri-ciri, atau simbol. Konsep konkrit, misalnya
mengidentifikasi kelas-kelas objek konkrit, ciri-ciri, atau kejadian. Konsep
terdefinisi misalnya mengklasifikasi contoh kejadian baru atau ide dengan
definisi siswa. Aturan-aturan misalnya menerapkan suatu hubungan tunggal untuk
menyelesaikan suatu kelompok masalah. Aturan-aturan tingkat tinggi misalnya
menerapkan kombinasi beberapa aturan untuk menyelesaikan suatu masalah yang
kompleks. Strategi kognitif dimaksudkan adalah memanfaatkan cara sendiri
sebagai pedoman untuk belajar, berpikir, bertindak, dan merasakan. Sikap
digunakan untuk menentukan tindakan pribadi berdasarkan pada pengetahuan
internal yang dipahami dan dirasakan. Keterampilan motorik yaitu melakukan
pekerjaan disertai penggunaan otot (Gagne, 1-2).
Sehubungan dengan belajar matematika, Gagne menyatakan bahwa
dalam belajar matematika ada dua objek yang dapat diperoleh siswa, yaitu objek
langsung dan objek tak langsung (Suherman, 2001: 35). Pendapat ini sejalan
dengan pendapat Ruseffendi (2006:165) yang menyatakan bahwa dalam belajar
matematika ada 2 objek yang dapat diperoleh siswa, objek langsung dan objek
tidak langsung. Obyek langsung adalah objek matematika yang dapat langsung
diberikan kepada siswa seperti fakta, keterampilan, konsep dan aturan. Sedang
obyek tak langsung adalah obyek yang terjadi sebagai akibat pemberian objek
langsung seperti terjadinya transfer belajar, kemampuan inquiry dan
problem solving, belajar mandiri (disiplin diri), bersikap positif terhadap
matematika dan tahu bagaimana semestinya belajar. Kedua objek matematika ini
dapat diperoleh siswa setiap pelaksanaan pembelajaran guru ataupun ketika siswa
belajar sendiri suatu materi matematika.
Lambang bilangan, sudut, dan berbagai notasi matematika
merupakan contoh fakta, yaitu objek matematika yang tinggal menerimanya.
Keterampilan adalah kemampuan untuk memberikan jawaban secara cepat dan tepat,
misalnya membagi bilangan dengan teknik bagi kurung, menjumlahkan pecahan,
melukis dua ruas garis dan menentukan titik potongnya. Konsep adalah ide
abstrak yang memungkinkan kita dapat mengelompokkan objek ke dalam contoh dan
bukan contoh, misalnya, konsep persegi panjang, bilangan komposit, himpunan,
dan jarak. Objek yang paling abstrak seperti sifat atau teorema disebut aturan.
Menurut Gagne, belajar dapat dikelompokkan ke dalam 8 tipe belajar, yaitu belajar isyarat, stimulus respon, rangkaian gerak, rangkaian verbal, membedakan, pembentukan konsep, pembentukan aturan, dan pemecahan masalah (Suherman, 2001: 36; Ruseffendi, 2006: 165).
Menurut Gagne, belajar dapat dikelompokkan ke dalam 8 tipe belajar, yaitu belajar isyarat, stimulus respon, rangkaian gerak, rangkaian verbal, membedakan, pembentukan konsep, pembentukan aturan, dan pemecahan masalah (Suherman, 2001: 36; Ruseffendi, 2006: 165).
Kedelapan tipe belajar itu terurut menurut tingkat
kesukarannya dari yang mudah ke yang paling sulit. Jadi belajar dengan
pemecahan masalah adalah tipe belajar yang paling sulit. Belajar yang
tingkatnya paling rendah, karena tidak ada niat atau rencana dan terjadi secara
spontan adalah belajar isyarat. Misalnya menyenangi atau menghindari pelajaran
akibat perilaku guru. Jika belajar tersebut ada niat dari dalam hati dan
direspons oleh jasmani maka disebut stimulus-respons. Misalnya ketika guru
menulis di papan tulis, siswa mencatat. Rangkaian gerak adalah perbuatan
jasmaniah terurut dari dua kegiatan atau lebih dalam rangka stimulus-respons.
Rangkaian verbal adalah perbuatan lisan terurut dari dua kegiatan atau lebih
dalam rangka stimulus-respons. Misalnya mengemukakan pendapat, menjawab
pertanyaan guru atau siswa lainnya secara lisan. Belajar membedakan adalah
belajar memisah-misahkan rangkaian yang bervariasi. Pembentukan konsep disebut
juga tipe belajar pengelompokan, yaitu belajar melihat sifat bersama
benda-benda konkrit atau peristiwa untuk dijadikan suatu kelompok. Pada tipe
belajar pembentukan aturan, siswa diharapkan mampu memberi respon terhadap
stimulus dengan segala macam perbuatan utamanya kemampuan untuk menggunakan
aturan tersebut. Misalnya pemahaman terhadap rumus kuadratis digunakan untuk
menyelesaikan persamaan kuadrat. Tipe belajar pemecahan masalah adalah tipe
belajar yang paling tinggi derajatnya dan lebih kompleks daripada pembentukan
aturan (Ruseffendi, 2006: 169; Suherman, 2001: 36).
C. PENUTUP
(KESIMPULAN)
Berdasarkan uraian materi diatas maka dapat ditarik kesimpulan:
a.
Pengertian
teori belajar secara umum adalah suatu proses yang menyatukan kognitif,
emosional, dan lingkungan dan pengalaman untuk memperoleh, meningkatkan, atau
membuat perubahan pengetahuan satu, keterampilan, nilai, dan pandangan dunia.
b. Aliran pembelajaran secara umum
dapat dibagi tiga yaitu;
i.
Teori
belajar behaviorisme
ii.
Teori
belajar kognitivisme
iii.
Teori
belajar kontruvisme
c.
Belajar
menurut Gagne adalah perubahan yang terjadi dalam kemampuan manusia yang
terjadi setelah belajar secara terus-menerus, bukan hanya disebabkan oleh
pertumbuhan saja.
MAKALAH
TEORI BELAJAR GAGNE
OLEH
KELOMPOK IV
Silfia (A1C1 09 007)
Yeni Hasnana (A1C1 09 079)
Fifi Alfira (A1C1 08 065)
Rasmin (A1C1 08 061)
Sarman (A1C1 07 001)
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2011
C.
MODEL PEMBELAJARAN
Mills (1989:4) berpendapat bahwa model adalah bentuk
representasi akurat, sebagai proses actual yang memungkinkan seseorang atau
sekelompok orang mencoba bertindak sesuai dengan model itu. Hal itu merupakan
interpretasi atas hasil observasi dan pengukurab yang diperoleh dari beberapa
system.
Model pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu
rencana atau pola yang digunakan dalam penyusunan kurikulum, mengatur materi
peserta didik dan member petunjuk kepada pengajar dikelas dalam seting
pengajaran atau seting lainnya.
Pengertian
model pembelajaran merupakan l;andasan praktik pembelajaran hasil penurunan
teori psikologi pendidikan dan belajar yang dirancang berdasarkan proses
analisis yang diarahkan pada implementasi kurikulum dan implikasinya pada
tingkat operasional didepan kelas.
Memilih
suatu model pembelajaran, harus disesuaikan dengan realitas yang ada dan
situasi kelas yang ada serta pandangan hidup yang akan dihasilkan dari proses
kerja sama yang dilakukan antara guru dan peserta didik.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Search
Popular Posts
-
disini ada beberapa contoh sepatu gaul/trend anak muda … beberapa merk spatu terkenal : vans, nike, Sneakers , converse dan ini kumpula...
-
TUGAS PROFESI PENDIDIKAN NAMA :ARIF OKTAFIAN NIM :1005112817 KELAS : B 9 Tugas Perkembangan Siswa SMA Dalam Panduan Umum Pelaya...
-
NAME : ARIF OKTAFIAN NIM :1005112817 SPEAKING II ADVENTAGES AND DISADVENTAGES...
-
Dalam desain komunikasi visual tipografi dikatakan sebagai ‘ visual language ’, yang berarti bahasa yang dapat dilihat. Tipografi ad...
-
Geopolitik Indonesia Konsepsi Geopolitik Geopolitik secara etimologi berasal dari kata geo (bahasa Yunani) yang berart...
-
Happy b'day yang ke 22th BUK DUT, wish u all the best.. 01-10-2013 love u my ayiinn...
-
rief_go'blog hack keystrokes :D heiii brotha and sissta semua..banyak dari kita yang menginginkan sesuatu yang free ..sprti chips,data...
-
Yupz, today. I’m back… Editing Video saat ini anda dapat lakukan tidak hanya lagsung dari PC anda tapi internet juga menyediakan berbagai ...
-
On OKTOBER 11 ,2010 In Blur Effects , Designing , Effects , Floating , Photoshop , Tools Designing , Transform , ...
-
Bagaimana Menggunakan Domain .CO.CC Saat ini di internet banyak ditemui penyedia domain gratis, salah satunya adalah co.cc. Kita bisa meman...
Recent Posts
Sample Text
My blog is worth $564.54.
How much is your blog worth?
Blog Archive
Total Tayangan Halaman
Arsip ARIFGOBLOG
- Mari Membuat Otak Berhalusinasi (Ganzfeld Experiment)
- Mengembalikan File yang di Delete/Hapus Permanent
- komik naruto, one piece,bleach ,ect
- Kebakaran di UIN Sutan Syarif Kasim
- Misteri pengeboman gedung WTC sudah tergambar di uang Dollar Amerika
- contoh proposal festival band
- Mengubah rumput menjadi tampak gersang dengan adobe photoshop
- Pemutih Wajah dengan photoshop
- Tampilan layar monitor terbalik
- free download ringtone lucu/funny
- Test IQ – Cari Gambar Wajah
- 18 Trik UNIK Cara HACK Tubuh MANUSIA
- Harga blog kita
- Mendapatkan penghasilan via aplikasi Facebook
- Cara Otak Bekerja
- Mempercepat koneksi internet
- Antivirus menggunakan flashdisk
- Menampilkan favicon
- Cara nge-Hack Keystrokes Facebook,e-mail,Point Blank.
- Cara menggunakan domain co.cc. html
- Kenang-kenangan kelas ku di SMANSA Payakumbuh 2010
- Hack mudah facebook
- 10 situs edit video free online
- edit tampilan google
- Kode tombol rahasia ponsel nokia
- tutorial photoshop cs 3
- d'cLass one band-my band
- Perkusi SMANSA payakumbuh 2010
Blockquote
Unordered List
rief go'blog. Diberdayakan oleh Blogger.
Arsip Blog
konco-konco
Mengenai Saya

- rief_blogspot
- nama saya arif oktafian mahasiswa UNRI Pend. Bahasa Inggris 2010 i love ovi arinta erwin :*
0 comments:
Posting Komentar